Senin, 11 Mei 2015

Superman Is Dead : Band Idealis Nan Fantastis

Superman Is Dead : Band Idealis Nan Fantastis

Superman Is Dead, yang kalau diterjemahkan ke Indonesia artinya adalah Superman Telah Mati. Nama tersebut mengandung filosofi yang memiliki arti bahwa tidak ada manusia yang sempurna seperti seorang Superman, manusia pasti pernah melakukan kesalahan dan gagal. Dan manusia tidak berhak mengatakan dirinya lebih suci daripada manusia lainnya. Dari filosofi nama band tersebut kita pasti sudah menerka bagaimana lirik dan pesan dari lagu - lagu yang dimainkan Superman Is Dead atau yang disingkat dengan nama SID.

SID, band yang berasal dari Bali tersebut memiliki lirik yang luar biasa gila dan mampu memberikan semangat yang 'aneh' kepada penggemarnya. Bagaimana tidak, setiap lirik lagunya menurut saya memiliki pesan moral yang mampu membangkitkan semangat dan aura baru bagi penggemarnya. Coba saja dengar lagu - lagu SID yang cukup fenomenal seperti Bukan Pahlawan, Water Not War, Kuta Rock City, Lady Rose, Jadilah Legenda, Sunset di Tanah Anarki, dll. Lagu - lagu ini memang memiliki musik yang kurang populer di kalangan anak-anak Indonesia yang biasanya disuguhi musik manja, cengeng dan alai yang sering tampil di TV.  Tidak sedikit band - band Indonesia yang merubah haluan / ideologi band mereka demi iming-iming uang semata. Sementara SID yang dari awal terbentuknya tetap dengan komitmen mereka untuk menciptakan musik - musik yang anti Mainstream atau idealis, tapi mampu memiliki fanspage Facebook mencapai 5 juta Like. Jumlah yang tidak sedikit untuk sebuah Band Rock yang jarang tampil di TV. Hal ini menunjukkan bahwa eksistensi sebuah band tidak hanya ditunjukkan di layar kaca, tapi juga dari karya di balik layar.

SID yang digawangi oleh Bobby Kool, JRX, dan Eka Rock tersebut tidak hanya aktif dalam bermusik, namun mereka juga merealisasikan lirik lagu - lagu mereka di dunia nyata. Mereka aktif dalam penyelamatan lingkungan hidup. Dan yang sedang hangat-hangat saat ini adalah Penolakan terhadap Reklamasi Teluk Benoa.



Penolakan terhadap reklamasi Teluk Benoa tersebut juga bukan tanpa alasan. SID yang dengan tangguhnya menjadi salah satu figur terdepan dalam penolakan ini. Walaupun yang dihadapi adalah penguasa dan pengusaha besar.
Tidak hanya di Teluk Benoa, SID juga membantu teman - teman dari daerah lain yang mengalami masalah yang sama seputar perusakan lingkungan.

Dari kisah kisah spektakuler SID tersebut saya menjadi yakin bahwa Superman Is Dead adalah Band yang idealis nan fantastis.

BARA ini belum PADAM,tuan !!!!!!!

Masih terngiang sampai saat ini argumen para rakus di telinga, dan terasa mereka semakin panik. Mereka rikuh dengan perjuangan kita selama ini hingga mengeluarkan statemen kurang lebih begini, "mengapa proyek kami saja yang ditolak, banyak proyek yang sudah berdiri ijinnya kacau dan merusak lingkungan di Bali yang juga seharusnya diprotes". Mereka merasa diperlakukan tidak adil.
Statemen itu ingin membuat perjuangan kita seolah-olah tebang pilih atau pilih kasih, sehingga khalayak diarahkan untuk mencurigai gerakan kita sebagai produk konspirasi, bahwa gerakan ini ada yang menunggangi yaitu pihak elit yang tak sejalan dengan kepentingan mereka.
Jangan mudah termakan statemen tersebut, karena mereka pada dasarnya terdesak dengan perlawanan kita yang konsisten, tak kenal lelah, semakin melebar dan bahkan meluas menembus batas pulau hingga melampaui batas negara. Bayangkan gerakan kita hangat-hangat tai ayam, tentu saja mereka para rakus itu dengan mudah menjalankan aksinya.
Janganlah gampang terkecoh, logika para rakus selalu tak selaras semisal "perusakan teluk" dibilangnya "penyelamatan teluk", dan kali ini "gerakan kita yang teguh" dicapnya "tebang pilih".
Lucu, mereka berteriak kita seolah-olah memperlakukannya tidak adil. Bagaimana kita bisa sepakat dengan konsep keadilan mereka, ketika keadilan bagi para rakus adalah ketika mereka diberikan keleluasaan yang sama seperti para rakus lainnya untuk merusak tanah air kita? Jika kita rakyat teritindas termakan "konsep keadilan" versi para penindas, maka kita akan memperbanyak jumlah para penindas yang merusak tanah air kita tercinta ini.
Statemen-statmen para rakus itu hanya ingin memecah belah kita untuk saling curiga. Lihatlah sejarah, penindas memang ingin selalu memecah belah agar gerakan rakyat padam. Karena itu para pejuang bangsa berkali-kali memekikan dengan lantang kalimat sakti "bersatu kita teguh bercerai kita runtuh". Kalimat para pejuang ini harus kita resapi, sebab sudah terbukti berhasil memenangkan perjuangan dengan keteguhan dan solidaritas.
Kuatkan semangat kalian, jangan pernah redup, tunjukan kita anak-anak ibu pertiwi yang tahu balas budi kepada sang ibu. Leluhur dan anak cucu pasti tersenyum bangga. Hanya satu solusinya bergeraaaak !!!!!

Selasa, 17 Maret 2015

Jerinx SID: Pembangunan Yang Benar Tidak Melukai Struktur Sosial & Ekologi Bali

Jerinx SID: Pembangunan Yang Benar Tidak Melukai Struktur Sosial & Ekologi Bali



Waktu menujukkan pukul 14.30 WIT di handphone saya. Panas terik matahari dan hebusan angin laut terasa di “Warung Pojok” jalan bypass Sanur, Denpasar. Saya bertemu untuk kesekian kalianya dengan penggebuk drum grup band Superman Is Dead, yang akrab disapa Jerinx. Lelaki bernama lengkap I Gede Ari Astina ini, menggunakan kaos berwana hitam, bertopi terbalik warna hitam, celana berwarna biru, memakai kalung dan jam tangan warna silver serta di kedua tangan, leher dan kakinya terukir tatto berbagai bentuk saat saya temui 23 Maret 2013 kemarin.

Kegelisahan Jerinx terhadap ancaman dan kerusakan lingkungan di tanah kelahirannya membuat ia dan berbagai koleganya yang terdiri dari berbagai kalangan tergabung dalam Forum Relawan Tolak Reklamasi (ForBali) terus memperjuangan tanah Bali agar tetap lestari. Ia cemas karena Bali terus di rusak hanya karena kepentingan penguasa dan pengusaha yang serakah dan menjual Bali hanya karena uang. Mongabay-Indonesia mewawancari Jerinx untuk kedua kalinya, setelah setahun sebelumnya mewawancarainya tentang kondisi lingkungan di Bali. Berikut petikannya:
Sejumlah punkers ikut mendukung aksi Bali Tolak Reklamasi dalam aksi demonstrasi yang digelar pada awal Oktober lalu di Gedung DPRD Bali. Foto: Ni Komang Erviani
Sejumlah punkers ikut mendukung aksi Bali Tolak Reklamasi dalam aksi demonstrasi yang digelar pada awal Oktober lalu di Gedung DPRD Bali. Foto: Ni Komang Erviani
Mongabay-Indonesia: Bagaimana Bli melihat kondisi lingkungan di Bali saat ini?

Jerinx: Tambah parah kondisi lingkungan di Bali saat ini. Makin banyak pembangunan hotel yang merusak lingkungan dan ancaman bencana krisis air di Bali.

Mongabay-Indonesia: Bagaimana menurut Bli terkait penangkapan empat warga di Bali yang menolak Reklamasi oleh aparat kepolisian?

Jerinx: Saya melihatnya simple saja. Penangkapan itu adalah cara penguasa dan INVESTOR untuk menakut-nakuti kami dan desa lainnya.

Mongabay-Indonesia: Bagaimana tanggapan Bli terkait pernyataan bahwa aksi Bli dan kawan-kawan aktivis lingkungan lain disebut tidak nasionalis dan merusak persatuan bangsa?

Jerinx: Gini saja sekarang, ingin nasionalisme yang rill, atau nasionalisme palsu. Kita kelihatan bersatu tapi kenyataannya kita dijajah. Kita kelihatannya baik-baik saja, tapi kita sebenarnya dijajah bangsa sendiri, dijajah asing secara tidak langsung. Nah, sekarang mau nasionalisme yang terlihat bersatu tapi nyatanya dijajah atau nasionalisme yang dilandasi cinta kepada Negara. Secara otomatis, jika kita cinta sama Negara berarti kita tidak mau dijajah. Salah satu cara melawan penjajahan ini adalah dengan menyampaikan kebenaran. Dan itulah tugas aktivis dan LSM yaitu menyampaikan kebenaran. Seberapa buruknya kebenaran itu harus disampaikan. Ketika kebenaran itu sudah disampaikan, maka peluang untuk munculnya perubahan yang lebih baik itu sangat besar. Ketika kebenaran tidak pernah disampaikan dan opini yang dianggap riskan itu diredam terus maka kita tidak akan pernah kemana-mana dan tidak akan ada perubahan.
Kawasan wisata Kuta di Bali bagian selatan, yang semakin padat akibat penumpukan investasi dan tidak mempertimbangkan daya dukung lingkungan. Foto: Aji Wihardandi
Kawasan wisata Kuta di Bali bagian selatan, yang semakin padat akibat penumpukan investasi dan tidak mempertimbangkan daya dukung lingkungan. Foto: Aji Wihardandi
Mongabay-Indonesia: Bagaimana menurut Bli tekait tindakan aparat yang lebih membela penguasa dan pengusaha dibandingkan rakyat/warga Negara ?

Jerinx: Melihat kondisi arapat yang lebih membela penguasa dan pengusaha dibanding rakyat saya tidak heran sih. Sekarang saja mau menjadi polisi saja masih ada yang menyogok. Jadi selama masih menghamba pada sistem, seperti menjadi polisi harus nyogok, artinya kita sudah menyerah dengan sistem yang korup. Ketika sudah masuk sistem tersebut dan masuk dengan cara menyerah otomatis ketika bekerja akan masuk juga ke sistem yang korup tersebut. Nah kalau dikembalikan kenapa polisi di Indonesia lebih memihak penguasa dan investor ketimbang rakyat? Karena dari awal mereka juga membela budaya korup.

Mongabay-Indonesia: Menurut Bli, bagaimana pembangunan di Bali yang ideal, yang tidak merusak lingkungan di Bali, bisakah ?

Jerinx: Pada dasarnya saya pribadi tidak anti pembangunan. Kawan-kawan ForBALI juga tidak anti pembangunan. Namun yang kita minta itu simple saja, yaitu pembangunan yang benar. Pembangunan yang tidak melukai struktur sosial masyarakat Bali dan tidak melukai atau merusak ekologi.

Mongabay-Indonesia: Apa ancaman terbesar di Bali terkait kondisi alam dan lingkungannya kedepan ?

Jerinx: Nah ini, yang saya lihat paling parah di pembangunan Bali, bisa kita lihat contoh seperti yang ada di Bali selatan. Saat ini di Bali selatan sudah over populated, namun sampai saat ini masih dibangun terus. Nah mungkin nanti setelah beberapa tahun, mungkin sepuluh tahun baru pembangunan pindah ke daerah lain di Bali.  Nah yang saya takutkan, ketika pindah ke daerah lain bukannya belajar dari kesalahan yang terjadi di Bali selatan namun meniru apa yang terjadi di Bali selatan. Nah ketika Bali utara sudah over populated juga dan Bali sudah semakin sempit maka ide-ide reklamasilah yang kemudian muncul. Memang siapapun perlu uang untuk hidup, tapi jangan sampai uang itu menghancurkan nurani kita sebagai manusia. Manusia itu makhluk sosial, kita perlu alam, manusia perlu struktur sosial yang sehat untuk hidup. Nah sekarang di Bali selatan saya melihat struktur sosialnya sudah tidak sehat. Kalau Bali lama-kelamaan seperti Bali selatan semua maka kita hanya bisa menjadi budak di tanahnya sendiri. Nah jika itu yang terjadi, berarti kita sebagai manusia sudah tidak bernurani. Lebih mementingkan kapital saja. Jadi jangan sampai kapital menjadi Tuhan. Bali kan Pulau Seribu Pura dan Pulau Seribu Dewa, tapi kenapa seolah-olah Bali ini tuhannya hanya satu saja yaitu uang. Jadi jangan sampai kapitalisme menjadi tuhan di Bali. Itu saja.

Mongabay-Indonesia: Bli juga mulai prihatin terhadap banyaknya tanaman sawit yang merusak hutan dan merusak habitat satwa Indonesia, mengapa ?

Jerinx: Jelas saya tidak setuju terhadap perusakan hutan menjadi perkebunan sawit. Tapi sekarang yang kita perlukan adalah solusinya. Sebenarnya pangkal masalahnya satu yaitu korupsi. Karena semua itu ada perijinannya, hutan boleh dialihkan menjadi perkebunan sawit atau tidaknya. Tapi karena ada celah-celah yang bisa dibayar akhirnya hal yang seharusnya tidak terjadi bisa terjadi. Hutan yang seharusnya dilindungi bisa menjadi kebun sawit. Jadi terkait sawit, selama yang memegang keputusan itu masih bisa dibayar tentu tidak akan pernah ada penyelesaiannya.

Mongabay-Indonesia: Apa yang akan dilakukan ke depannya untuk menyelamatkan lingkungan di Bali ?

Jerinx: Saya dan kawan-kawan ForBALI sudah habis-habisan untuk menyelamatkan lingkungan di Bali. Kita diteror dan segala macamnya. Kita tidak akan mundur. Bali ini adalah rumah kami. Kami tidak akan biarkan kekuasaan atau uang menghancurkan rumah kami.

Mongabay-Indonesia: Bagaimana Bli melihat respon masyarakat Bali sendiri terhadap apa yang dilakukan Bli dan kawan-kawan ForBali saat ini?
Jerinx: Jadi begini, jika menurut analisa saya secara pribadi melihat respon publik, gerakan menolak reklamasi ini pelan-pelan namun semakin banyak masyarakat yang sadar. Pendekatannya cukup susah. Kasus menolak reklamasi ini tidak seperti undang-undang pornografi. Karena kalau UU Pornografi dikaitkan dengan persoalan religious pasti akan banyak yang langsung turun ke jalan. Dan gerakan tolak reklamasi ini popular dikalangan anak muda. Dan itu yang paling penting. Karena anak-anak muda ini otaknya masih murni. Tidak terpengaruh uang, tidak terpengaruh kekuasaan. Jadi bisa dibilang secara politik popular juga, gerakan Bali tolak reklamasi ini sudah menang. Tapi, kita sudah berhasil meredam. Sebenarnya dua atau tiga bulan bulan seharusnya proyek ini sudah jalan, tapi sampai saat ini belum. Jadi kekuatan gerakan Bali tolak reklamasi ini makin diperhitungkan. Dan sudah ada desa lain seperti Desa Sidakarya mulai ikut menolak dan saya yakin desa-desa lain akan ikut menolak reklamasi juga. Saya yakin itu.
Sejumlah musisi berkolaborasi suarakan penolakan terhadap rencana reklamasi di Teluk Benoa. Foto: Youtube ForBali

Mongabay-Indonesia: Ada masukan terhadap masyarakat Bali yang tidak atau belum peduli terhadap kondisi lingkungan atau reklamasi di Bali ?

Jerinx: Buat masyarakat yang masih awam, mungkin ada baiknya mencari informasi yang seimbang. Saya sarankan cari informasi dari dua jalur. Dari yang pro dan dari yang kontra. Setalah membaca dari yang pro dan kontra barulah memakai hati nurani untuk menentukan. Soalnya kalau saya bilang mereka harus menolak, tanpa mendengarkan penjelasan dari pihak pro itu kan tidak adil. Jadi lebih baik mencari informasi, jika ingin tahu berita yang pro bisa dibaca dibeberapa media yang selama ini pro pemerintah dan untuk kontra bisa dibaca salah satunya di forbali.org, disana  ada penjelasan kenapa kami menolak reklamasi. Setelah dapat informasi dari keduanya barulah gunakan nurani untuk memutuskan.

Mongabay-Indonesia: Lalu, menurut Bli terhadap kebijakan pemerintah Bali terkait dengan akan dilakukan reklamasi  dan apa yang seharusnya dilakukan ?

Jerinx: Untuk pemerintah dan pemimpin di Bali menurut saya mereka tidak tahu malu. Anak-anak muda di Bali sudah tidak ada pecaya lagi sama kalian. Dan kami ini adalah calon pemimpin selanjutnya. Seharusnya kalian sadar. Ketika mayoritas anak muda di Bali mengatakan tidak setuju dengan reklamasi berarti apa yang kalian lakukan itu tidak benar.

Taman Hutan Raya Ngurah Rai, Bali. Foto: Ni Komang Erviani
Taman Hutan Raya Ngurah Rai, Bali yang terus terkikis dengan rencana reklamasi. Foto: Ni Komang Erviani
Mongabay-Indonesia: Bagaimana dukungan terhadap perjuangan ForBali dari OutSIDers dan Ladyroses diberbagai daerah ?

Jerinx: Saya sangat berterima kasih mewakili ForBALI dan masyakarat Bali yang menolak reklamasi. Kami sangat tersentuh melihat rasa cinta mereka terhadap gerakan kami. Kami bisa merasakan dukungan mereka sangat tulus. Tapi saya juga ingin berpesan agar mereka jangan sampai lupa untuk selalu peka terhadap isu lingkungan dan sosial lainnya didaerah mereka sendiri juga. Karena pada prinsipnya, apa yang ForBALI lakukan di Bali ini adalah melawan penguasa dan INVESTOR yang rakus. Dan kami sangat percaya penguasa dan investor yang rakus ada disetiap provinsi di Indonesia. Jadi masalahnya bukan hanya diBli saja namun masalah Nasional. Kesakusan dan korupsi. Karena korupsi kan indicator kerakusan. Harapannya ini bisa ditiru ditiap daerah di Indonesia dan apa yang dilawan juga relevan dengan daerah kalian. Kami percaya kerakusan penguasa dan investor ini ada di mana-mana.

Mongabay-Indonesia: Apa tanggapan Bli terkait banyaknya dukungan ForBali dari banyak musisi lainnya ?

Jerinx: Jujur sungguh senang. Dukungan ini memberikan contoh yang lebih rill lagi, siapa saja musisi yang benar-benar musisi dan siapa saja musisi yang menjadi robot. Robot disini dalam artian bisa dibayar dan tidak mempunyai idealisme. Jadi musisi yang ikut mendukung penolakan reklamasi ini menujukkan bahwa musisi-musisi ini memang punya citra bagus seperi bang Iwan Fals, Glenn Fredly, Seringai, Sirkus Barock, artis seperti Happy Salma dan lainnya. Nah, hal ini yang belum bisa ditiru oleh mereka para penguasa dan INVESTOR. Pola penolakan melalui musik dan seni inilah yang belum bisa mereka tiru. Karena mereka sepertinya kesusahan mencari musisi yang bisa dibohongi. Karena sekarang musisi pintar sudah mulai banyak, walau musisi tolol juga masih ada. Jadi kalau masyarakat jeli, mereka bisa melihat kenapa pemerintah dan investor belum bisa menggaet musisi dan seniman untuk mendukung reklamasi ? kenapa justru musisi yang citranya bagus malah menolak reklamasi. Disinilah kekalahan telak politik penguasa dari kami

JRX SID : RUMBLE CLOTH dan Esensi Didalamnya


JRX SID : RUMBLE CLOTH dan Esensi Didalamnya


Pria bertubuh kekar asal Bali ini dikenal dengan aksinya yang berani dalam menyuarakan perlawanan dan perubahan lewat  lirik – lirik lagu yang ia ciptakan. Kontribusi nyata yang ia wujudkan lewat berbagai macam aksi penyelamatan lingkungan, mulai menarik perhatian sebagian besar masyarakat dan media. Beberapa prestasi membanggakan juga telah diraih bersama dengan band yang dibangunnya, diantaranya meraih Double Platinum untuk album Kuta Rock City, dan masih banyak lagi. Tak hanya itu, ia bersama bandnya juga pernah mewakili Asia dalam ajang festival musik terbesar di Amerika “ Vans Warped Tour “ pada tahun 2009. 

Dia adalah I Gede Ari Astina atau lebih dikenal dengan Jerinx , pemain  drum dari band Punk Rock asal Bali yang bernama Superman Is Dead. Jerinx memulai karirnya bersama SID pada tahun 1995, bersama dengan I Made Budi Sartika (Bobby Kool) pada gitar dan vokal, dan I Made Eka Arsana (Eka Rock) pada bass. Awal mula ia memilih genre Punk Rock adalah karena ia merasa kemampuan bermusik yang ia miliki pas-pasan, sehingga akan sulit jika memainkan genre musik metal atau yang lainnya. “Kami memilih memainkan Punk Rock karena skill kami pas-pasan, kami hanya menang muka ganteng saja,” ungkap Jerinx seraya bercanda kepada Tim Liputan Majalah Excellent saat ditemui di Sukabumi, Jawa Barat.

Berawal Dari Hobby Menggambar
Selain disibukkan oleh kegiatannya sebagai musisi, ternyata sisi lain hatinya juga memiliki jiwa bisnis. Jerinx selalu berangan ingin membuat sebuah usaha clothingdimana ia akan menumpahkan segala imajinasi desain dan ketertarikannya terhadap dunia fashion terutama yang bertemakan perlawanan dan juga memberikan kontribusireal dari arti perlawanan itu sendiri. “Saya sangat suka menggambar dan saya ingin hasil karya saya ada didalam pakaian,” ujar Jerinx.  Bersama dengan seorang rekannya, akhirnya Jerinx mendirikan usaha clothingnya sendiri di Bali yang bernama Lonely King di tahun 2005.

Sempat Terjatuh dan Menyerah
Dua tahun bisnis clothingnya berjalan, namun tak juga menghasilkan keuntungan. Jerinx pun merasa bingung dan memutar pikirannya agar bisnis yang ia bangun ini dapat bergerak ke arah yang lebih baik. Tak kunjung mendapatkan ide dan jalan keluar, akhirnya Jerinx masuk ke titik dimana ia akan menyerah. “Mungkin clothingbukan dunia saya, lebih baik saya mundur saja dan fokus kepada karir bermusik saya,” pungkasnya. Jerinx juga menambahkan bahwa salah satu faktor kegagalannya adalah karena memang ia tidak mempunyai pengalaman di bisnis pakaian, sehingga semuanya jadi terbengkalai.

Suatu ketika ia bertemu dan mengobrol dengan salah satu sahabatnya yang bernama Adi yang jugaBasist dari Group Band Rockabilly asal Bali yang bernama The Hydrant, ia memiliki hobby yang sama dengan Jerinx yaitu mendesain gambar. Adi memiliki sebuah clothing kecil-kecilan milik sendiri yang bernama Rumble dan Jerinx sering melihat beberapa desain baju milik Adi di akun facebooknya.

Beberapa kali bertemu dan berbincang dengan Adi, Jerinx merasa dirinya dengan Adi mempunyai satu visi yang sama. Jerinx menyukai arah/ kiblat seni yang dimiliki oleh Adi. Dari situlah Jerinx merasa saat itulah ia akan memulai kembali bisnisclothing yang pernah gagal ia jalani sebelumnya. “Satu hal yang paling penting adalah kami mempunyai satu visi yang sama, yaitu memberikan kontribusi atas perubahan dan perlawanan yang kami suarakan lewat jalur bisnis clothing,” Tegas Jerinx. Akhirnya Jerinx dan Adi resmi bersama membangun Rumble menjadi suatu bisnis clothing yang serius.

Filosofi dari Rumble sendiri adalah sesuatu yang dapat menggelegarkan perlawanan dan perubahan, artinya ketika Rumble datang, maka saat itu akan ada perubahan. Jika dilihat dari segi  desain, produk Rumble lebih berkiblat pada nuansa  Custom Culture, Punk Rock, Rockabilly, Californian Skate, Hoad Roader,  Classic Vintage, dan terkadang ada sentuhan Hip Hop, secara estetika itulah unsur yang ada di produk Rumble. Jika dilirik dari sudut pandang Value, Rumble memiliki sebuah program kemanusiaan yang bernama Eco Defender. Bentuk real dari Eco Defender di Bali adalah bekerja sama dengan LSM yang melakukan gerakan independent yang melawan kebijakan-kebijakan penguasa yang berpotensi melukai alam, seperti contoh jika di Bali Rumble bekerjasama dengan Walhi Bali. Jadi dari setiap item yang terjual di Rumble, sebanyak Rp 2.000,- akan disumbangkan untuk mendukung pergerakan mereka.

Rumble juga memiliki satu produk khusus yang berupa Pomade/ minyak rambut, dimana semua bahan yang digunakan untuk membuatnya dihasilkan oleh petani lokal dan dibuat di Bali. “Kami memperlakukan petani lokal tidak seperti tengkulak, jadi kami membeli bahan dari mereka dengan harga yang masuk akal dan tidak menekan,” tambahnya. Jerinx menambahkan bahwa hasil dari penjualan 1 kaleng minyak rambut ini disumbangkan sebesar Rp 4.000,- untuk membantu pergerakan Walhi Bali.

Tak Hanya Menjual Produk, Tapi Juga Edukasi
Dalam upaya mengembangkan bidang usahanya, Jerinx mengalami sedikit kendala perihal persaingan harga yang akan ia terapkan pada produknya. “Kita semua tahu, pusat Garment di Indonesia adalah di Bandung. Disana kita bisa mendapatkan barang bagus dengan harga yang murah, jadi ketika produk yang dihasilkan di Bali mencoba bersaing dengan produk yang dihasilkan di Bandung, otomatis dari segi harga kita tidak akan bisa bersaing. Harga produk yang dihasilkan di Bali akan menjadi sedikit lebih mahal, baik karena faktor pengiriman dan sebagainya, namun dari segi kualitas kami berani bersaing dengan yang lain,” ujar Jerinx. Ia berharap agar pengusaha garment dimanapun dapat memperluas area usahanya, jangan berpusat di satu kota saja. Masih banyak anak muda dikota lain yang berkeinginan untuk menciptakan suatu brand mereka sendiri, dan mereka perlu di fasilitasi untuk itu.

Namun dengan keadaan tersebut, Rumble beruntung masih memiliki konsumen yang memiliki loyalitas tinggi terhadap produk-produknya. Buat mereka yang memahami secara benar esensi dari produk Rumble, bukanlah suatu masalah mengeluarkan uang sedikit lebih banyak. “Seperti contoh kami membuat pomade dan dijual dengan harga Rp 150.000,- yang termasuk dalam kategori harga yang cukup mahal, namun tetap dicari oleh para konsumen loyal kami. Karena mereka mengerti dibalik itu semua ada misi yang sedang dijalankan. Selain itu seperti yang sudah saya jelaskan tadi, kami membeli bahan 100% organik dari petani lokal dengan tidak menekan dan masuk akal, sehingga harga pomade kami otomatis menjadi sedikit lebih mahal, namun itu bukanlah masalah buat mereka yang mengerti secara benar,” tambah Jerinx.

Itulah pesan yang ingin Jerinx sampaikan kepada masyarakat luas, bahwa Rumble tidak hanya menjual produk tetapi juga ada edukasi danknowledge didalamnya, dan ia ingin agar hal semacam ini menular kepada pengusaha lainnya. Jerinx berharap dengan adanya Rumble, akan menanamkan pemikiran bahwa jika seseorang memakai produk Rumble maka tidak hanya sekedar untuk bergaya, namun juga ikut berkontribusi yang nyata terhadap keadilan alam dan manusia.

Jerinx memberikan pesan kepada Sahabat Excellent, “jangan terlalu cepat percaya media, jangan terlalu mudah mengikuti isu isu yang belum jelas, harus tetap berfikir kritis dan pertajam nalar. Selalu berfikir positif bahwa perubahan untuk kebaikan itu pasti akan terjadi sesulit apapun halangan yang ada. Bisnis itu tidak selalu identik dengan keuntungan, tetapi harus ada passion, hati nurani, dan sesuatu yang lebih besar daripada uang yang hendak diraih.” (DR)
Denni Raynol